Halaman

    Social Items

Tidak semua sungai cocok dijadikan tempat arung jeram. Ada sungai yang terlalu kecil, sempit, atau terlalu dangkal sehingga tidak dapat dilalui oleh perahu. Namun ada pula sungai dengan air terjun yang banyak, terlalu deras sehingga sangat berbahaya dan memiliki resiko kematian yang tinggi jika dicoba diarungi. Berikut Penjelajah mencoba memaparkan mengenai karakteristik sungai yang cocok untuk arung jeram.


1. Umum
Sungai yang cocok untuk arung jeram adalah sungai dengan arus yang memiliki riam atau jeram.

2. Pembagian Daerah Aliran Sungai

Hulu, ciri-cirinya dangkal dan sempit, seringkali mengalir di daerah lembah yang curam dan dangkal, tingkat kecuramannya tinggi sehingga sering dijumpai air terjun, dan umumnya tak dapat diarungi.
Daerah peralihan, ciri-cirinya cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam yang diselingi lubuk sungai. Ideal untuk arung jeram, namun perlu berhati-hati karena kerap masih ada air terjun berbahaya.
Hilir, ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf “V”. Bukan daerah baik untuk arung jeram.

3. Faktor yang Perlu Diperhitungkan Dalam Menentukan Sungai untuk Arung Jeram

a. Volume air

Besarnya volume air tergantung dari besarnya daerah aliran sungai (DAS) yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Debit air diukur dalam satuan cubic feet per second (cfs) atau meter kubik per detik (m3/det), dan hal ini bisa dijadikan patokan besar atau kecilnya sungai, serta layak atau tidaknya sungai itu diarungi. Sungai yang baik diarungi memiliki debit 800 cfs atau 25 m3/det hingga 10.000 cfs atau 300 m3/det. Ukuran besar kecilnya sungai antara lain:
Sungai kecil, 800 cfs atau 25 m3/det
Sungai besar, 500 cfs atau 150 m3/det
Sungai besar kecil, 10.000 cfs atau 300 m3/det

b. Gradien / Kecuraman

Kecuraman adalah beda tinggi per satuan panjang. Kecuraman bisa dihitung dengan bantuan garis kontur yang memotong sungai pada peta topografi. Keterangan pada peta kontur yaitu:
Peta skala 1 : 50.000, beda tinggi antara dua garis kontur adalah 25 cm
Peta skala 1 : 25.000, beda tinggi antara dua garis kontur adalah 12,5 cm
Sedangkan penggolongan sungai berdasarkan kecuramannya adalah sebagai berikut:
Gradien 0-4 m/km umumnya berarus tenang, tidak memiliki daerah berbahaya.
Gradien 5-10 m/km umumnya beriam-riam dan cukup ideal sebagai medan arung jeram.
Gradien 10-15 m/km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet tapi hal itu masih dimungkinkan.
Gradien 15-20 m/km umumnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk diarungi dengan perahu karet namun masih dimungkinkan untuk diarungi dengan perahu kayak.
Gradien diatas 20 m/km umumnya tak bisa diarungi karena memiliki air terjun dan riam ganas yang panjang dan sambung-menyambung.

c. Tonjolan dasar sungai

Tonjolan dasar sungai bisa diakibatkan karena adanya batuan dasar sungai atau bongkah-bongkah yang berasal dari sisa endapan batuan atau robohan dinding sungai akibat terkikis arus pada kaki tebing. Bongkah-bongkah tersebut dapat menimbulkan riam di sungai.

d. Penyempitan lebar sungai
Penyempitan ini seringkali menunjukkan daerah berbahaya, karena semakin sempit daerah itu semakin cepat aliran sungainya. Bila terdapat bongkah-bongkah daerah tersebut bisa berbahaya.

e. Tinggi muka air
Selain volume air, tinggi muka air (TMA) air perlu diperhitungkan karena bentuk riam sungai berubah-ubah tergantung tinggi muka airnya. Di Indonesia TMA dihitung dalam satuan meter dengan batasan sebagai berikut:

TMA minus: air surut
TMA nol: air normal
TMA plus: air tinggi
Pada TMA tinggi air sungai umumnya akan menjadi lebih ganas. Kedudukan riam kadang-kadang berubah pada tempat yang tak disangka-sangka. Namun ada pula sungai yang menjadi jinak pada TMA tinggi karena riam-riam hilang terendam air.

Itu lah karakteristik sungai yang cocok untuk kegiatan arung jeram atau olah raga arus deras. Jangan lupa lakukan survey melalui darat terlebih dahulu sebelum kamu melakukan pengarungan di sungai yang baru.

Karakteristik Sungai yang Cocok untuk Arung Jeram

Natural Sports
Tidak semua sungai cocok dijadikan tempat arung jeram. Ada sungai yang terlalu kecil, sempit, atau terlalu dangkal sehingga tidak dapat dilalui oleh perahu. Namun ada pula sungai dengan air terjun yang banyak, terlalu deras sehingga sangat berbahaya dan memiliki resiko kematian yang tinggi jika dicoba diarungi. Berikut Penjelajah mencoba memaparkan mengenai karakteristik sungai yang cocok untuk arung jeram.


1. Umum
Sungai yang cocok untuk arung jeram adalah sungai dengan arus yang memiliki riam atau jeram.

2. Pembagian Daerah Aliran Sungai

Hulu, ciri-cirinya dangkal dan sempit, seringkali mengalir di daerah lembah yang curam dan dangkal, tingkat kecuramannya tinggi sehingga sering dijumpai air terjun, dan umumnya tak dapat diarungi.
Daerah peralihan, ciri-cirinya cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam yang diselingi lubuk sungai. Ideal untuk arung jeram, namun perlu berhati-hati karena kerap masih ada air terjun berbahaya.
Hilir, ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf “V”. Bukan daerah baik untuk arung jeram.

3. Faktor yang Perlu Diperhitungkan Dalam Menentukan Sungai untuk Arung Jeram

a. Volume air

Besarnya volume air tergantung dari besarnya daerah aliran sungai (DAS) yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Debit air diukur dalam satuan cubic feet per second (cfs) atau meter kubik per detik (m3/det), dan hal ini bisa dijadikan patokan besar atau kecilnya sungai, serta layak atau tidaknya sungai itu diarungi. Sungai yang baik diarungi memiliki debit 800 cfs atau 25 m3/det hingga 10.000 cfs atau 300 m3/det. Ukuran besar kecilnya sungai antara lain:
Sungai kecil, 800 cfs atau 25 m3/det
Sungai besar, 500 cfs atau 150 m3/det
Sungai besar kecil, 10.000 cfs atau 300 m3/det

b. Gradien / Kecuraman

Kecuraman adalah beda tinggi per satuan panjang. Kecuraman bisa dihitung dengan bantuan garis kontur yang memotong sungai pada peta topografi. Keterangan pada peta kontur yaitu:
Peta skala 1 : 50.000, beda tinggi antara dua garis kontur adalah 25 cm
Peta skala 1 : 25.000, beda tinggi antara dua garis kontur adalah 12,5 cm
Sedangkan penggolongan sungai berdasarkan kecuramannya adalah sebagai berikut:
Gradien 0-4 m/km umumnya berarus tenang, tidak memiliki daerah berbahaya.
Gradien 5-10 m/km umumnya beriam-riam dan cukup ideal sebagai medan arung jeram.
Gradien 10-15 m/km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet tapi hal itu masih dimungkinkan.
Gradien 15-20 m/km umumnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk diarungi dengan perahu karet namun masih dimungkinkan untuk diarungi dengan perahu kayak.
Gradien diatas 20 m/km umumnya tak bisa diarungi karena memiliki air terjun dan riam ganas yang panjang dan sambung-menyambung.

c. Tonjolan dasar sungai

Tonjolan dasar sungai bisa diakibatkan karena adanya batuan dasar sungai atau bongkah-bongkah yang berasal dari sisa endapan batuan atau robohan dinding sungai akibat terkikis arus pada kaki tebing. Bongkah-bongkah tersebut dapat menimbulkan riam di sungai.

d. Penyempitan lebar sungai
Penyempitan ini seringkali menunjukkan daerah berbahaya, karena semakin sempit daerah itu semakin cepat aliran sungainya. Bila terdapat bongkah-bongkah daerah tersebut bisa berbahaya.

e. Tinggi muka air
Selain volume air, tinggi muka air (TMA) air perlu diperhitungkan karena bentuk riam sungai berubah-ubah tergantung tinggi muka airnya. Di Indonesia TMA dihitung dalam satuan meter dengan batasan sebagai berikut:

TMA minus: air surut
TMA nol: air normal
TMA plus: air tinggi
Pada TMA tinggi air sungai umumnya akan menjadi lebih ganas. Kedudukan riam kadang-kadang berubah pada tempat yang tak disangka-sangka. Namun ada pula sungai yang menjadi jinak pada TMA tinggi karena riam-riam hilang terendam air.

Itu lah karakteristik sungai yang cocok untuk kegiatan arung jeram atau olah raga arus deras. Jangan lupa lakukan survey melalui darat terlebih dahulu sebelum kamu melakukan pengarungan di sungai yang baru.

Tidak ada komentar